Tugas:
PENGELOLAAN
SUMBERDAYA PERIKANAN
Nama : R o b i n
NRP : C251100061
Dosen : Ir. Kiagus Abdul
Aziz, MSc.
PENGELOLAAN PERIKANAN
BERBASIS EKOSISTEM
A. PENDAHULUAN
Selama
ini konsep manajemen perikanan dilakukan secara tidak efektif karena biasanya
hanya terfokus pada target yaitu berupa ikan dengan mengabaikan faktor-faktor
lingkungan seperti kondisi habitat, predator, dan kondisi mangsa dari spesies
tersebut dan interaksi antara faktor-faktor pendukung lainya. Biaya tidak
langsung sosial ekonomi menjadi sangat penting untuk diketahui, sebagai contoh
terjadi lebih dari 90% kematian tahunan dari ikan marlyn putih (ikan ini masuk daftar spesies terancam punah
dari US Endangered Spesies Act) sebagai hasil tangkapan sampingan dari
perikanan tuna longline. Kejadian ini merupakan masaalah dari perikanan wisata
berupa sport fishing yang merugikan negara Amerika Serikat sebesar 2 miliyar dollar/tahun.
Keadaan
tersebut mendorong para pemerhati lingkungan mengusulkan sebuah upaya
pendekatan yang sifatnya holistik dalam hal ini mereka merekomendasikan
pendekatan yang menyeluruh dan konsisten dalam pengelolaan perikanan. Manajemen
perikanan berbasis ekosistem (MPBE) merupakan salah satu instrumen pendekatan
dalam pengelolaan perikanan yang menekankan pada pengelolaan ekosistem
dibanding dengan pendekatan pada spesies target.
B. PENDEKATAN MPBE
DALAM PENGELOLAAN SINGLE SPESIES
Secara
keseluruhan tujuan dari pendekatan MPBE adalah menekankan pada keberlanjutan
sumberdaya ekosistem laut yang dapat mendukung kegiatan perikanan. Secara
khusus MPBE haruslah menghindari rerjadinya (1) degradasi ekosistem yang diukur
berdasarkan indikator kualitas lingkungan dan status sistem, (2) Pada beberapa
kasus pendekatan ini dapat meminimalkan resiko perubahan habitat alami ikan dan
proses-proses dalam ekosistem; (iii) membangun dan mengembangkan keuntungan
sosial ekonomi jangka panjang tanpa menggangu ekosistem; (vi) menumbuhkan
pengetahuan yang cukup mengenai proses-proses dalam ekosistem dalam pengertian
untuk memahami setiap interaksi yang terjadi didalamnya utamanya interaksi
dengan manusia. Kurangnya pegetahuan mengenai hal ini dalam masyarakat
mendorong terjadinya pemahaman yang salah dalam pengelolaan perikanan, sehingga
pendekatan ini dapat diadopsi dalam pengelolaan perikanan disuatu wilayah.
Pelaksanaan
pendekatan MPBE seharusnya digerakkan dan dikembangkan dengan cara membangun
komunikasi dan standar sistem level, poin rujukan, dan kontrol aturan dalam pengambilan
keputusan pengelolaan single spesies; dalam pendekatan ini kita harus dapat
menjamin bahwa total biomassa ikan dari semua aktivitas perikanan dalam suatu
ekosistem tidak melebihi jumlah total dari produktivitas sistem dalam
ekosistem. Setelah itu menghitung
kebutuhan setiap komponen lingkungan seperti spesies non target, spesies
yang dilindungi, habitat dan bermacam-macam interaksi trofik dalam perairan.
Membangun sebuah sebuah karasteristik sistem dengan batas-batas tertentu
kemungkinan dapat melindungi ketahanan ekosistem dan menghindari
perubahan-perubahan akibat ancaman dari luar.
MPBE
haruslah menggambarkan secara menyeluruh mengenai pemanfaatan habitat laut oleh
manusia dalam hal ini kerentanan ekosistem dalam menghadapi aktifitas perikanan
atau aktifitas-aktifitas lain yang dapat mengancam ekosistem tersebut. Selain
itu MPBE juga harus dapat mengidentifikasi potensi kerusakan akibat
kegiatan-kegiatan perikanan serta dapat menguraikan permasalahan habitat
terhadap spesies pada proses-proses penting dalam populasi. Perlindungan
terhadap habitat esensial bagi ikan dan komponen-komponen ekosistem lainnya
dari kegiatan perikanan yang merusak dapat meningkatkan keanekaragaman ikan dan
kelimpahannya. Selanjutnya zonasi laut pada beberapa bentuk dan tingkatannya
dapat membatasi aktifitas kegiatan manusia pada lingkungan laut baik secara
spasial maupun temporal merupakan bagian penting dari pendekatan MPBE.
Dampak
dari adanya aktifitas perikanan pada beberapa spesies terancam punah dan
spesies yang dilindungi utamanya terletak pada proses-proses ekologi yang
menyangkut masaalah kecepatan pulih dari spesies-spesies tersebut, dan hal
inilah yang dalam pendekatan MPBE seharusnya dapat diatur atau dikendalikan.
Pada pengelolaan aktifitas perikanan single spesies, pendekatan MPBE menunjukan
kesuksesan dimana pendekatan ini dapat mengurangi hasil tangkapan sampingan
dari spesies-spesies yang dilindungi, pada beberapa kasus (contohnya
tertangkapnya penyu sebagai hasil tangkapan sampingan pada perikanan trawl).
Pendekatan MPBE juga harus dapat mencegah dampak langsung dari aktifitas
perikanan (contohnya melindungi feeding
ground ikan kerapu).
Tujuan
lain dari pendekatan MPBE adalah untuk mengurangi hasil tangkapan sampingan
yang berlebihan, dalam hal ini untuk mengurangi tertangkapnya spesies nontarget
atau spesies yang tidak diinginkan seperti juvenile ikan yang diketahui memgang
peranan penting dalam kerlenjutan proses-proses ekologi lainnya (menyangkut
rantai makanan). Secara global buangan hasil tangkapan sampingan dari
kegiatan-kegiatan perikanan diseluruh dunia mencapai 27 juta metrik to dihitung
dari ¼ total tangkapan ikan diseluruh dunia. Permasalahan bycatch dapat diatasi dengan cara zonasi perairan laut dengan
pembatasan alat tangkap pada daerah-daerah yang dilindungi, dengan kata lain
pengembangan dan penyebaran alat tangkap yang ramah lingkungan dapat mengurangi
terjadinya penangkapan yang merusak sumberdaya.
Akhirnya,
MPBE haruslah melindungi spesies target dalam konteks perlindungan pada setiap
tingkatan dalam sistem, habitat, spesies yang dilindungi dan nontarget spesies.
MPBE dapat diterapkan pada sebuah sistem yang berbeda dalam hal tingkatan
informasi dan ketidakpastian melalui pendekatan kebijakan yang tepat dan
mitigasi masaalah.
Dalam
buku Successful Fisheries Management,
Issues, case studies and perspective, diberikan contoh betapa pentingnya
suatu pengelolaan perikanan yang berbasis pada eksostem. Sebagai contohnya
adalah upaya restoking sand ell di
shetland menunjukan perkembangan yang sangat baik ketika diadakan pendekatan
dalam perlindungan lingkungannya, utamanya dalam penetapan areal konservasi
yang menerapkan sistem buka-tutup daerah penangkapan ikan. Hal ini sesuai
dengan pronsip-prinsip dalam pengelolaan perikanan berkelanjutan, dimana
melindungi spesies target dan juga secara langsung melindungi lingkungannya.
Keuntungan
lain dalam pendekatan MPBE adalah dalam situasi data yang kurang maupun tidak
ada sama sekali mengenai status target spesies ataupun proses-proses ekosistem,
MPBE dapat secara sederhana memasukan sejarah alamiah dan pengetahuan umum
untuk membangun upaya pencegahan dalam batasan-batasan keamanan, seperti
ppengurangan dan pembatasan hasil tangkapan atau penutupan daerah tangkapan
secara besar-besaran. Contohnya adanya pengaturan quota penangkapan sellfish
dan sand ell di shetland telam memberikan dampak yang signifikan terhadap
pemulihan sumberdaya tersebut yang sebelumnya telah mengalami overeksploitasi.
Pada daerah dengan sumber informasi yang lumayan bagus (contohnya terdapat data
tangkapan, trend kelimpahan tangkapan untuk spesies kunci) pendekatan MPBE ini
akan sangat effektif dilakukan pada pendekatan spesies tunggal dalam hal
pencegahan dan perlindungan pada sistem-sistem dalam ekosistem.
Tujuan
pengelolaan yang ditargetkan dan peningkatan kumpulan data untuk ekosistem
dengan prioritas tinggi dapat memajukan pendekatan MPBE secara menyeluruh.
Dengan peningkatan jumlah data pengelolaan dapat mengembangkan sebuah sistem
yang memiliki indikator pada setiap sasaran pengelolaan yang telah
dimonitoring. Selain itu dengan data yang banyak upaya-upaya pencegahan
kegagalan dapat diminimalisir.
Pada
daerah-daerah dengan data perikanan yang kurang, pendekatan MPBE dapat
difasilitasi dengan menggunakan pendekatan adaptif manajemen dan pemahaman yang
baik mengenai bagaimana respon ekosistem terhadap strategi perikanan
alternatif, contohnya sebuah wilayah dapat digunakan sebagai control terhadap
dampak kegiatan perikanan terhadap komunitas bentik.
C.
PENDEKATAN MPBE PADA PENGELOLAAN PERIKANAN MULTISPESIES
Pada
perikanan multispesies memiliki perbedaan yang cukup mendasar dengan perikanan
single spesies. Selama ini model-model atau pendekatan yang digunakan dalam
pengelolaan multispesies meru[pakan pengembangan dari pendekatan pengelolaan
single spesies. Inilah tantangan pengelolaan perikanan masa kini, sehingga
diperlukan dikembangkannya sebuah model analitikal baru atau instrurumen
pengelolaan yang dapat mewakili perikanan multispesies. Multispesies dan ekotropik
model yang akan dibangun harus dapat menyaring dan memperluas sebuah nilai yang
lebih baik untuk menjelaskan sebuah level sistem yang tidak pasti, dalam hal
ini mendorong munculnya sebuah titik tingkat rujukan dalam pengelolaan
perikanan. Hal ini disebabkan karena MPBE dapat memperluas habitat dan fungsi
ekosistem dalam konteks fluktuasi dan perkembangan model MPBE seharusnya
menggabungkan struktur spasial dan proses-proses lingkungan.
Prinsip-prinsip
umum dalam pendekatan MPBE pada daerah-daerah tropis (multispesies) memerlukan kerjasama dari semua pihak yang terkait
dengan pemanfaatan sumberdaya perikanan, hal ini bertujuan untuk menyatukan
visi dan misi rencana pengelolaan perikanan dalam menghadapi hambatan-hambatan
institusional dan hambatan ekonomi yang biasanya terjadi pada negara-negara
berkembang. Sebagai contoh adanya inisiatif yang terbentuk di Filiphina yang
menerapkan panduan-panduan pengelolaan menggunakan pendekatan MPBE yang
disepakati oleh NOAA, FAO dan WWF. Dalam hal ini mempertimbangkan aspek sosial, ekologi dan
konteks sejarah.
C. PENUTUP
Pendekatan
MPBE dibutuhkan untuk membangun semua komponen yang terdapat dalam model
pengelolaan yang ada dan telah dibuktikan secara empiris pada beberapa negara
di dunia baik pendekatannya multispesies
maupun single spesies. MPBE dalam
penerapannya mungkin memerlukan evolusi dari rencana pengelolaan single spesies
sebelum diterjemahkan atau dikembangkan menjadi model multispesies. Membangun
kembali sebuah ekosistem pada setiap tingkatannya meskipun akan memberikan
beban dalam hal penggunaan dana dalam penerapannya.
DAFTAR
PUSTAKA
Christie, Patrick et, al. 2006. Assessing the feasibility of ecosystem-based fisheries
management in tropical contexts. Marine Policy 31 239–250
Pikitch et, al.
2004. Ecosystem-Based Fishery Management. Journal Science Vol. 305.
Cunningham & Bostock. 2005. Successful Fisheries Management Issues, Case Studies and
Perspective. Eburon. UK
Tidak ada komentar:
Posting Komentar