Selasa, 29 Mei 2012

Pengelolaan Sumberdaya Perikanan


Tugas:
PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN
Nama                          : R o b i n
NRP                            : C251100061
Dosen                          : Ir. Kiagus Abdul Aziz, MSc.

PENGELOLAAN PERIKANAN BERBASIS EKOSISTEM

A. PENDAHULUAN
Populasi ikan diseluruh dunia hampir telah mengalami overeksploitasi yang secara langsung menyebabkan kelangsungan ekosistem perairan menjadi terancam. Banyaknya aktivitas perikanan yang tidak ramah lingkungan seperti pengeboman dan penggunaan bahan-bahan beracun untuk menangkap ikan menyebabkan banyaknya kematian ikan-ikan nontarget, perubahan demografi populasi serta mendorong terjadinya perubahan fungsi dan struktur ekosistem.








Selama ini konsep manajemen perikanan dilakukan secara tidak efektif karena biasanya hanya terfokus pada target yaitu berupa ikan dengan mengabaikan faktor-faktor lingkungan seperti kondisi habitat, predator, dan kondisi mangsa dari spesies tersebut dan interaksi antara faktor-faktor pendukung lainya. Biaya tidak langsung sosial ekonomi menjadi sangat penting untuk diketahui, sebagai contoh terjadi lebih dari 90% kematian tahunan dari ikan marlyn putih  (ikan ini masuk daftar spesies terancam punah dari US Endangered Spesies Act) sebagai hasil tangkapan sampingan dari perikanan tuna longline. Kejadian ini merupakan masaalah dari perikanan wisata berupa sport fishing yang merugikan negara Amerika Serikat sebesar 2 miliyar dollar/tahun.
Keadaan tersebut mendorong para pemerhati lingkungan mengusulkan sebuah upaya pendekatan yang sifatnya holistik dalam hal ini mereka merekomendasikan pendekatan yang menyeluruh dan konsisten dalam pengelolaan perikanan. Manajemen perikanan berbasis ekosistem (MPBE) merupakan salah satu instrumen pendekatan dalam pengelolaan perikanan yang menekankan pada pengelolaan ekosistem dibanding dengan pendekatan pada spesies target.
B. PENDEKATAN MPBE DALAM PENGELOLAAN SINGLE SPESIES
Secara keseluruhan tujuan dari pendekatan MPBE adalah menekankan pada keberlanjutan sumberdaya ekosistem laut yang dapat mendukung kegiatan perikanan. Secara khusus MPBE haruslah menghindari rerjadinya (1) degradasi ekosistem yang diukur berdasarkan indikator kualitas lingkungan dan status sistem, (2) Pada beberapa kasus pendekatan ini dapat meminimalkan resiko perubahan habitat alami ikan dan proses-proses dalam ekosistem; (iii) membangun dan mengembangkan keuntungan sosial ekonomi jangka panjang tanpa menggangu ekosistem; (vi) menumbuhkan pengetahuan yang cukup mengenai proses-proses dalam ekosistem dalam pengertian untuk memahami setiap interaksi yang terjadi didalamnya utamanya interaksi dengan manusia. Kurangnya pegetahuan mengenai hal ini dalam masyarakat mendorong terjadinya pemahaman yang salah dalam pengelolaan perikanan, sehingga pendekatan ini dapat diadopsi dalam pengelolaan perikanan disuatu wilayah.
Pelaksanaan pendekatan MPBE seharusnya digerakkan dan dikembangkan dengan cara membangun komunikasi dan standar sistem level, poin rujukan,  dan kontrol aturan dalam pengambilan keputusan pengelolaan single spesies; dalam pendekatan ini kita harus dapat menjamin bahwa total biomassa ikan dari semua aktivitas perikanan dalam suatu ekosistem tidak melebihi jumlah total dari produktivitas sistem dalam ekosistem. Setelah itu menghitung  kebutuhan setiap komponen lingkungan seperti spesies non target, spesies yang dilindungi, habitat dan bermacam-macam interaksi trofik dalam perairan. Membangun sebuah sebuah karasteristik sistem dengan batas-batas tertentu kemungkinan dapat melindungi ketahanan ekosistem dan menghindari perubahan-perubahan akibat ancaman dari luar.
MPBE haruslah menggambarkan secara menyeluruh mengenai pemanfaatan habitat laut oleh manusia dalam hal ini kerentanan ekosistem dalam menghadapi aktifitas perikanan atau aktifitas-aktifitas lain yang dapat mengancam ekosistem tersebut. Selain itu MPBE juga harus dapat mengidentifikasi potensi kerusakan akibat kegiatan-kegiatan perikanan serta dapat menguraikan permasalahan habitat terhadap spesies pada proses-proses penting dalam populasi. Perlindungan terhadap habitat esensial bagi ikan dan komponen-komponen ekosistem lainnya dari kegiatan perikanan yang merusak dapat meningkatkan keanekaragaman ikan dan kelimpahannya. Selanjutnya zonasi laut pada beberapa bentuk dan tingkatannya dapat membatasi aktifitas kegiatan manusia pada lingkungan laut baik secara spasial maupun temporal merupakan bagian penting dari pendekatan MPBE.
Dampak dari adanya aktifitas perikanan pada beberapa spesies terancam punah dan spesies yang dilindungi utamanya terletak pada proses-proses ekologi yang menyangkut masaalah kecepatan pulih dari spesies-spesies tersebut, dan hal inilah yang dalam pendekatan MPBE seharusnya dapat diatur atau dikendalikan. Pada pengelolaan aktifitas perikanan single spesies, pendekatan MPBE menunjukan kesuksesan dimana pendekatan ini dapat mengurangi hasil tangkapan sampingan dari spesies-spesies yang dilindungi, pada beberapa kasus (contohnya tertangkapnya penyu sebagai hasil tangkapan sampingan pada perikanan trawl). Pendekatan MPBE juga harus dapat mencegah dampak langsung dari aktifitas perikanan (contohnya melindungi feeding ground ikan kerapu).
Tujuan lain dari pendekatan MPBE adalah untuk mengurangi hasil tangkapan sampingan yang berlebihan, dalam hal ini untuk mengurangi tertangkapnya spesies nontarget atau spesies yang tidak diinginkan seperti juvenile ikan yang diketahui memgang peranan penting dalam kerlenjutan proses-proses ekologi lainnya (menyangkut rantai makanan). Secara global buangan hasil tangkapan sampingan dari kegiatan-kegiatan perikanan diseluruh dunia mencapai 27 juta metrik to dihitung dari ¼ total tangkapan ikan diseluruh dunia. Permasalahan bycatch dapat diatasi dengan cara zonasi perairan laut dengan pembatasan alat tangkap pada daerah-daerah yang dilindungi, dengan kata lain pengembangan dan penyebaran alat tangkap yang ramah lingkungan dapat mengurangi terjadinya penangkapan yang merusak sumberdaya.
Akhirnya, MPBE haruslah melindungi spesies target dalam konteks perlindungan pada setiap tingkatan dalam sistem, habitat, spesies yang dilindungi dan nontarget spesies. MPBE dapat diterapkan pada sebuah sistem yang berbeda dalam hal tingkatan informasi dan ketidakpastian melalui pendekatan kebijakan yang tepat dan mitigasi masaalah.
Dalam buku Successful Fisheries Management, Issues, case studies and perspective, diberikan contoh betapa pentingnya suatu pengelolaan perikanan yang berbasis pada eksostem. Sebagai contohnya adalah upaya restoking sand ell di shetland menunjukan perkembangan yang sangat baik ketika diadakan pendekatan dalam perlindungan lingkungannya, utamanya dalam penetapan areal konservasi yang menerapkan sistem buka-tutup daerah penangkapan ikan. Hal ini sesuai dengan pronsip-prinsip dalam pengelolaan perikanan berkelanjutan, dimana melindungi spesies target dan juga secara langsung melindungi lingkungannya.
Keuntungan lain dalam pendekatan MPBE adalah dalam situasi data yang kurang maupun tidak ada sama sekali mengenai status target spesies ataupun proses-proses ekosistem, MPBE dapat secara sederhana memasukan sejarah alamiah dan pengetahuan umum untuk membangun upaya pencegahan dalam batasan-batasan keamanan, seperti ppengurangan dan pembatasan hasil tangkapan atau penutupan daerah tangkapan secara besar-besaran. Contohnya adanya pengaturan quota penangkapan sellfish dan sand ell di shetland telam memberikan dampak yang signifikan terhadap pemulihan sumberdaya tersebut yang sebelumnya telah mengalami overeksploitasi. Pada daerah dengan sumber informasi yang lumayan bagus (contohnya terdapat data tangkapan, trend kelimpahan tangkapan untuk spesies kunci) pendekatan MPBE ini akan sangat effektif dilakukan pada pendekatan spesies tunggal dalam hal pencegahan dan perlindungan pada sistem-sistem dalam ekosistem.
Tujuan pengelolaan yang ditargetkan dan peningkatan kumpulan data untuk ekosistem dengan prioritas tinggi dapat memajukan pendekatan MPBE secara menyeluruh. Dengan peningkatan jumlah data pengelolaan dapat mengembangkan sebuah sistem yang memiliki indikator pada setiap sasaran pengelolaan yang telah dimonitoring. Selain itu dengan data yang banyak upaya-upaya pencegahan kegagalan dapat diminimalisir.
Pada daerah-daerah dengan data perikanan yang kurang, pendekatan MPBE dapat difasilitasi dengan menggunakan pendekatan adaptif manajemen dan pemahaman yang baik mengenai bagaimana respon ekosistem terhadap strategi perikanan alternatif, contohnya sebuah wilayah dapat digunakan sebagai control terhadap dampak kegiatan perikanan terhadap komunitas bentik.
C. PENDEKATAN MPBE PADA PENGELOLAAN PERIKANAN MULTISPESIES
Pada perikanan multispesies memiliki perbedaan yang cukup mendasar dengan perikanan single spesies. Selama ini model-model atau pendekatan yang digunakan dalam pengelolaan multispesies meru[pakan pengembangan dari pendekatan pengelolaan single spesies. Inilah tantangan pengelolaan perikanan masa kini, sehingga diperlukan dikembangkannya sebuah model analitikal baru atau instrurumen pengelolaan yang dapat mewakili perikanan multispesies. Multispesies dan ekotropik model yang akan dibangun harus dapat menyaring dan memperluas sebuah nilai yang lebih baik untuk menjelaskan sebuah level sistem yang tidak pasti, dalam hal ini mendorong munculnya sebuah titik tingkat rujukan dalam pengelolaan perikanan. Hal ini disebabkan karena MPBE dapat memperluas habitat dan fungsi ekosistem dalam konteks fluktuasi dan perkembangan model MPBE seharusnya menggabungkan struktur spasial dan proses-proses lingkungan.
Prinsip-prinsip umum dalam pendekatan MPBE pada daerah-daerah tropis (multispesies) memerlukan kerjasama dari semua pihak yang terkait dengan pemanfaatan sumberdaya perikanan, hal ini bertujuan untuk menyatukan visi dan misi rencana pengelolaan perikanan dalam menghadapi hambatan-hambatan institusional dan hambatan ekonomi yang biasanya terjadi pada negara-negara berkembang. Sebagai contoh adanya inisiatif yang terbentuk di Filiphina yang menerapkan panduan-panduan pengelolaan menggunakan pendekatan MPBE yang disepakati oleh NOAA, FAO dan WWF. Dalam hal ini  mempertimbangkan aspek sosial, ekologi dan konteks sejarah.
C. PENUTUP
Pendekatan MPBE dibutuhkan untuk membangun semua komponen yang terdapat dalam model pengelolaan yang ada dan telah dibuktikan secara empiris pada beberapa negara di dunia baik pendekatannya multispesies maupun single spesies. MPBE dalam penerapannya mungkin memerlukan evolusi dari rencana pengelolaan single spesies sebelum diterjemahkan atau dikembangkan menjadi model multispesies. Membangun kembali sebuah ekosistem pada setiap tingkatannya meskipun akan memberikan beban dalam hal penggunaan dana dalam penerapannya.
DAFTAR PUSTAKA
Christie, Patrick et, al. 2006. Assessing the feasibility of ecosystem-based fisheries management in tropical contexts. Marine Policy 31 239–250
Pikitch et, al. 2004. Ecosystem-Based Fishery Management. Journal Science Vol. 305.
Cunningham & Bostock. 2005. Successful  Fisheries Management Issues, Case Studies and Perspective. Eburon. UK

Tidak ada komentar:

Posting Komentar