Ekobiologi Ephemeroptera
Ephemeroptera
atau lalat capung merupakan organisme
yang merupakan garis keturunan dari kelompok serangga (Insecta) yang diperkirakan muncul pertama kali pada akhir masa carboniferous atau pada saat periode permian 290 juta tahun lalu. Organisme ini diperkirakan
mencapai keragaman tertingginya selama masa mesozoic
dan merupakan kelompok yang paling kuno yang masih ada dari kelompok serangga.
Dulu Ephemeroptera dan Ordonata ditempatkan pada
kelompok Palaeoptera dengan pertimbangan merupakan bagian dari kelompok
serangga bersayap walaupun belum diketahui secara pasti mengenai hubungan
antara keduanya (para peneliti masih berbeda pendapat). Saat ini Ephemroptera
merupakan sub kelompok dari Ordonata + Neoptera. Hal ini berdasarkan organisme
ini memiliki bentuk morfologi yang unik begitu juga apabila dilihat secara philogenetik (James et al., 2008).
Klasifikasi Ephemeroptera
Pengetahuan
tentang siklus hidup spesies air sangat penting mendasar bagi hampir semua
aspek konservasi aliran. Dari sudut pandang yang diterapkan, perubahan dalam
deskripsi sejarah kehidupan (misalnya kelangsungan hidup, kematian, tingkat
pertumbuhan, ukuran dan umur) spesies lalat capung semakin banyak digunakan
dalam studi penilaian ekologi sebagai indikator tekanan lingkungan dan juga untuk mengevaluasi
potensi dampak dari perubahan iklim. Ephemeroptera berasal dari bahasa Yunani ephemeros yang berarti berlangsung
sehari dan pteron yang berarti sayap.
Pada saat setelah munculnya, Ephemeroptera dewasa menunjukkan pola sebaran
yang tidak menentu, biasanya tersebar pada daerah
bebatuan dan semak-semak, umumnya organisme ini terbang
secara berpasangan, bertelur di
permukaan badan air lalu kemudian mati biasanya dalam sehari, akan tetapi organisme
ini pada jenis-jenis tertentu juga dapat bertahan hidup sampai
beberapa hari. Ephemeroptera merupakan serangga
unik yang memiliki dua tahap dewasa
bersayap, yaitu subimago dan imago. Ephemeroptera
dewasa tidak dapat makan, mereka mengandalkan cadangan makanan selama hidup
sebagai nympha. Ephemeroptera umumnya hidup dari 1-2 jam sampai beberapa hari
dan bahkan sampai 14 hari pada beberapa jenis ovoviviparous. Jadi lalat capung menghabiskan sebagian besar hidup
mereka di lingkungan perairan, baik sebagai telur atau sebagai nimpha. Rentang
kehidupan nympha di lalat capung bervariasi dari 3-4 minggu sampai sekitar 2
tahun (Brittain,
1982).
Ephemeroptera
dewasa tidak memiliki mulut fungsional, satu-satunya tujuan mereka adalah
bereproduksi dan menyebar. Pada beberapa wilayah Eropa organisme ini banyak
ditemukan pada bulan Mei sedangkan di Australia organisme ini muncul kebanyakan
muncul diantara musim semi ke musim panas. Seperti sebagian bangsa serangga, Ephemeroptera
hanya dua kali melakukan metamorfosis setelah memperoleh sayap. Pertama yakni
mulai dari nymph menuju bersayap berwarna agak kusam (tidak mengkilap), kedua organisme
ini melucuti seluruh kulitnya untuk membuka kulit yang lebih mengkilap
(Brittain, 1982).
Gambar
3. Epeorus aculeatus: 1, head; 2, foreleg, dorsal; 3, abdomen, dorsal;
4, gi1l 1; 5, gi1l 3; 6, gin 7 (Nguyen & Bae, 2004)
Species: E. aculeatus
Subimagoes
(pra-dewasa) dan dewasa (imagoes)
memiliki sayap yang besar depan berbentuk segitiga dengan urat silang yang
banyak pada sayap yang posisinya tegak
dan sejajar atas dada. Subimagoes
memiliki sayap berwarna kelabu sedang
imagoes memiliki sayap yang berwarna terang (jelas). Beberapa spesies
mungkin memiliki sayap bermotif. Ukuran sayap belakang jauh lebih kecil dari
sayap depan dan bahkan mungkin untuk beberapa spesies tidak ditemukan. Toraks dan perut lalat capung terlihat
jelas dan biasanya mengkilap. Ukuran kakinya bervariasi, dengan kaki depan
terpanjang. Warna tubuh bervariasi tergantung spesies, misalnya kuning, hijau,
putih dan hitam. Bentuk dewasanya umumnya pipih atau berbentuk silinder. Ephemeroptera yang belum
tua (naiads) memiliki kaki panjang
yang dilengkapi dengan insang di sisi perut, mereka biasanya memiliki tiga buah
ekor panjang tipis (cerci) tetapi
pada beberapa spesies hanya memiliki dua buah ekor. Mereka memiliki antena
pendek. Warna tubuh organisme ini mungkin menjadi hijau atau coklat, tetapi
dapat bervariasi tergantung makanan yang dimakan. Bentuk pipih, berlindung pada bebatuan atau substrat lainnya di sungai. Salah satu contohnya
adalah larva Ephemeroptera bentuk silinder yang merupakan perenang
yang baik (Triplehorn & Johnson, 2005)
Habitat
dan Penyebaran
Ketika
mendekati stadium dewasa, Ephemeroptera umumnya merupakan makroinvertebrata
pertama yang mendiami habitat yang masih alami. Namun, pengaruh jarak yang jauh
kapasitas penyebaran mereka terbatas, hal ini disebabkan karena sifatnya yang rentan
dan waktu hidup yang pendek pada organisme dewasa. Ephemeroptera di pulau-pulau samudera
dan daerah pegunungan terpencil memiliki keanekaragaman fauna Ephemeroptera
yang sedikit dan biasanya terbatas pada Baetidae dan atau Caenidae. Penyebaran
konservatif organisme ini membuat mereka subyek yang berguna untuk analisis
biogeografis. Sebagai contoh family Ephemeridae
hidupnya hampir kosmopolitan dalam
distribusi di perairan. Tercatat Ada 96
spesies dalam tujuh genera di Republik Korea (ROK) (Shin et al.,
2008) dan sekitar 3000 spesies dari 375 genera di seluruh dunia. Salah satu
fungsi larva Ephemeroptera adalah terletak pada fungsi
mereka sebagai makanan bagi ikan air tawar dan binatang lain. Sebagian besar
spesies lalat capung dibatasi oleh jenis
dan habitat hidup pada saat fase nympha. Oleh karena itu, larva Ephemeroptera dari
habitat air dapat berfungsi sebagai indikator karakteristik ekologis
habitat pada suatu ekosistem.
Ephemeroptera tersebar sangat
luas pada habitat air mengalir, meskipun keragaman terbesar terdapat pada areal
aliran air berbatu orde rendah. Dalam lingkungan tersebut, lalat capung
menunjukkan kelimpahannya tinggi dan juga merupakan bagian penting dari
produksi hewan. Larva Ephemeroptera
kebanyakan bersifat collector,
pencakar atau grazers dan memakan
berbagai detritus dan alga, dan beberapa bahan macrophyta serta hewan
(Dominguez et al, 2009 dalam Epele, 2011). Ephemeroptera juga
merupakan bagian dari makanan bagi organisme lain seperti ikan, amfibi atau
burung. Untuk alasan ini lalat capung dianggap salah satu link utama dalam
jaring makanan sungai. Lalat capung jenis Caenis
luctuosa penyebarannya meliputi
daerah lotik dan lentik dengan arus yang tidak begitu deras, suhu air yang
cenderung hangat dan banyaknya detritus
lebih disukai oleh orgnisme ini. C.
Luctuosa juga sangat toleran terhadap pencemaran bahan organik. Pada
beberapa wilayah di eropa kepadatan C.
Luctuosa ditemukan sangat tinggi pada musim hangat lalu mengalami penurunan
dalam jumlah besar pada musim gugur. Puncak kepadatan organisme ini terjadi
pada bulan mei sampai juli dan kepadatan terendahnya terjadi pada bulan
september saat musim hujan tiba (Velasco & Millan, 1999).
Siklus
Hidup
Siklus
hidup lalat capung dewasa memiliki waktu hidup yang sangat
singkat, hidup hanya satu atau
dua malam. Selama waktu itu organisme dewasa terbang berpasangan di udara. Mereka juga tertarik
pada lampu, telur
dilepaskan
saat terbang rendah di atas air, atau dengan mencelupkan perut di permukaan air atau bahkan
menenggelamkan diri dan bertelur di bawah air. Betina
dewasa bertelur ke dalam air dan
sering mati di permukaan air. Tahap belum matang
(immature) berkembang melalui beberapa
tahapan (instar) dengan molting
selama pengembangan. Jumlah molting bervariasi tergantung pada jenis spesies, kondisi suhu dan dan keadaan air. Ketika
memasuki tahap matang (mature) organisme
ini kemudian berenang ke permukaan
air atau merangkak pada batu atau tanaman, kemudian dengan
sayap organism
ini terbang dengan cepat
dari air ke tanaman
terdekat dimana organisme ini berubah
fase menjadi dewasa (imagoes). Lalat
capung adalah satu-satunya
kelompok serangga yang meranggas
setelah mereka memiliki sayap. Dalam satu kali siklus hidup organisme
ini akan berlangsung
satu tahun dengan masa nympha kurang lebih 8-11 bulan.
Gambar
4.
Metamorfosis Tidak Lengkap Pada Ephemeroptera
Sumber
makanan tahap imatur (naiads) memiliki mulut mengunyah;
lalat capung dewasa tidak dapat makan karena memiliki mulut
non-fungsional. Pada fase
nymph, makanan Ephemeroptera (naiads) berupa makanan yang bersumber dari
potongan-potongan kecil materi organik seperti bahan tanaman atau ganggang dan kotoran yang menumpuk pada batu atau substrat lainnya
di sungai. Sebagian besar spesies di Texas lebih
banyak menempati daerah air yang mengalir atau kondisi perairan dengan kondisi oksigen yang
baik, selain itu terdapat beberapa spesies berkembang
di danau atau kolam dan distribusi mereka di air biasanya dibatasi oleh kandungan oksigen dari air.
Lebar
kapsul kepala merupakan cara yang tepat untuk menjelaskan pola sejarah
kehidupan dari larva Ephemeroptera
Andesiops torrens memiliki siklus
kehidupan univoltine dengan awalnya
merupakan larva yang sangat kecil yang mulai
muncul pada bulan Februari dengan puncak
kepadatan pada bulan April. Awal kondisi instar pada organsime ini berlangsung
pada musim gugur (Juni sampai September) akan tetapi fase akhir instar belum
ditemukan. A torrents mengalami
pertumbuhan yang sangat cepat pada bulan November – Maret yang didominasi oleh
ukuran medium sampai ukuran besar. Fase instar terakhir telah diketahui terjadi
pada akhir musim panas (Februari dan Maret). Larva A. Torrent membutuhkan waktu 12 bulan untuk menyelesaikan siklus
hidupnya (Epele et al,. 2011).
Faktor-faktor lingkungan dapat mempengaruhi proses instar organisme Ephemeroptera
khususnya faktor suhu perairan dan makanan. Informasi mengenai proses instar merupakan fenomena
yang sangat penting utnuk mengetahui sejarah hidup dari Ephemeroptera (Ruflieux
et al,. 1996).
Siklus
hidup lalat capung jenis C. Luctuosa merupakan
siklus multivoltin dengan empat cohort yang tumpang tindih. Jangka waktu hidup
larvanya yaitu selama 3-7 bulan tergantung suhu perairan. Pada musim dingin
laju perkembangan larva mengalami pelambatan yaitu selama 7 bulan perkembangan,
kemudian perkembangan yang agak lambat juga terjadi pada musim semi dengan lama
perkembangan 4 bulan. Pada musim panas organisme ini memiliki perkembangan yang
sangat cepat yaitu selama 3 bulan begitu juga pada musim gugur lama
perkembangannya 4 bulan (Velasco & Millan, 1999).
Pengaruh Faktor Lingkungan
Terhadap Komunitas Ephemeroptera
Secara
umum sungai-sungai besar dan kecil pada wilayah neotropik telah mengalami peningkatan penelitian mengenai pengaruh
komunitas makroinvertebrata terhadap penilaian satus kualitas lingkungan suatu
perairan dari sisi ekologis dan sisi ekonomis. Monitoring biologi merupakan
salah satu alat yang sangat efektif untuk menduga secara ekologis kualitas
suatu perairan. Monitoring sifat fisika dan kimia perairan dapat juga digunakan
untuk menduga kualitas suatu perairan akan tetapi monitoring seperti itu belum
dapat merepresentasikan keadaan sesungguhnya di perairan oleh karena itu
diperlukan penggabungan antara metode pemantauan fisika kimia dan biologi untuk
dapat memberikan keterangan yang konfrehensif terhadap kondisi kualitas
lingkungan suatu perairan. Monitoring biologi utamanya menggunakan
makroinvertebrata memiliki
keunggulan jika dibandingkan dengan menggunakan menggunakan organisme lain
misalnya seperti diatom ataupun alga. Selain itu organisme ini sangat sensitif
terhadap pengaruh perubahan faktor lingkungan baik itu faktor biotik ataupun
abiotik. Keunggulan inilah yang menyebabkan penggunaan makroinvetebrata sebagai
bioindikator perairan sangat tepat. Penggunaan organisme makroinvertebrata
sebagai bioindikator telah mengalami peningkatan yang sangat signifikan di
negara-negara benua Amerika, misalnya di Kosta Rika organsime aquatik
entomofauna dan struktur komunitas makroinvertebrata telah banyak dipelajari.
Selanjutnya perbandingan antara daerah yang mengalami gangguan dan belum
mengalami gangguan telah dapat dipetakan menggunakan sebuah indeks keragaman
spesies (Fenoglio et al., 2002).
Komunitas
makroinvertebrata tersusun oleh berbagai macam organisme dasar yang menempati
bagian dasar sedimen yang membentuk bagian dari makrofauna. Organsime bentik
ini dicirikan dengan organisme yang tidak memiliki jarak ruaya yang jauh,
misalnya seperti cacing yang menempati hampir seluruh fase kehidupannya berada
di sedimen sehingga perubahan kondisi geokimia
yaitu interaksi antara badan air dengan sedimen terjadi dekomposisi yang
dilakukan umumnya oleh organisme ini sehingga akan mempengaruhi siklus nutrien.
Selanjutnya organisme makroinvetebrata merupakan merupakan komponen penting
dalam jaring-jaring makanan. Organisme makroinvertebrata cenderung merespon
pengaruh gangguan antropogenik seperti limbah rumah tangga atau kontaminasi
logam di perairan melalui bertahannya spesies-spesies toleran dan oportunistik
serta berkurangnya jumlah dan keragaman setiap spesies, berkurangnya keragaman
tropik dan hilangnya organsime yang sensitif terhadap polusi (Dobberstine et al. 1997).
Ephemeroptera
memiliki respon yang berbeda-beda terhadap pemaparan pencemar organik di
perairan. Sebuah penelitian menunjukan bahwa pengaruh sifat racun pada amonia,
nitrat dan nitrit kompleks akan mengurangi keanekaragaman organisme tersebut.
Amonia, nitrat dan nitrit merupakan bahan pencemar yang sangat umum diketahui
dalam ekosistem perairan, khususnya di
perairan umum. Pengaruh pencemaran amonia, nitrat dan nitrit kaitannya
terhadap keanekaragaman Ephemeroptera
telah banyak dilaporkan, pengaruhnya baik itu yang sifatnya kronis maupun akut.
Kandungan bahan pencemar yang kompleks seperti amonia kompleks,nitrat komplaks
dan nitrit kompleks memiliki efek racun yang tujuh kali lebih tinggi
dibandingkan dengan anomia tunggal (Beketov, 2004). Kegiatan rumah tangga dan
pertambangan merupakan input
dari beberapa bahan pencemar lain seperti logam berat seperti Cadmium (Cd),
Timbal (Pb) dan Merkuri (Hg).
Bahan
pencemar ini umumnya akan memiliki konsentrasi sangat tinggi di badan air,
terlebih lagi pada sedimen. Masuknya bahan-bahan pencemar ini akan menimbulkan
beberapa respon terhadap organisme Ephemeroptera seperti penurunan
keanekaragaman, kepadatan dan siklus hidup nympa yang singkat (Gosselin &
Hare, 2003). Larva Ephemeroptera
juga sangat sensitif terhadap pestisida yang masuk ke perairan. Masuknya
beberapa jenis pestisida menyebabkan kematian hampir 100% pada organisme lalat
capung jenis Epeorus latifolium dan Ecdyonurus yoshidae pada beberapa sungai
di jepang. Banyaknya penggunaan pestisida pada pertanian intensif menyebabkan
perairan akan tercemar, terlebih lagi pada musim hujan dimana terjadi
pembilasan oleh air hujan sehingga sisa pestisida akan memasuki perairan dan
menyebabkan menurunnya keragaman organisme bentik khususnya larva lalat capung
(Hatakeyama et al., 1996)
Halo, apakah Anda penelitian tentang lalat capung?
BalasHapus