Minggu, 27 Mei 2012

Metode Baru Penentuan Kualitas Lingkungan Sungai


Dilarang Mengkopi file ini tanpa menyebutkan sumbernya

Penggunaan Larva Ephemeroptera sebagai Indikator Pencemaran Bahan Organik pada Ekosistem Sungai dan Potensi Pembuatan Biokriteria Lokal untuk Perairan Sungai
(Studi Kasus Sungai Ciliwung)

Penelitian Tesis Robin S.Pi
(Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Perairan)
(Sekolah Pasca Sarjana IPB)


PENDAHULUAN
Latar Belakang
            Pencemaran perairan merupakan salah satu isu lingkungan yang menjadi permasalahan utama pada beberapa negara berkembang. Pencemaran dapat timbul sebagai akibat kegiatan manusia (antropogenik) ataupun dapat terjadi secara alamiah. Adanya kegiatan manusia yang tidak terkendali telah memicu terjadinya pencemaran lingkungan yang tidak terkendali pula. Aktivitas antropogenik secara dramatik mengubah regim dari input bahan organik, nutrien, maupun logam berat ke dalam ekosistem sungai melalui perubahan penggunaan lahan maupun urbanisasi (Singer & Battin, 2007). Adanya pencemaran organik dan kontaminasi logam berat ke ekosistem sungai telah diketahui dapat memberikan dampak negatif bagi kestabilan komunitas makroinvertebrata di perairan. Pengaruh bahan polutan tersebut mungkin mengurangi keanekaragaman spesies, kepadatan, dan hilangnya spesies yang tergolong sensitif (Timm et, al ; Chakrabarty & Das, 2006).
Ephemeroptera merupakan organisme yang menempati habitat air mengalir khususnya pada dasar batuan. Pada habitat seperti ini kelimpahan Ephemeroptera sangat besar yang merupakan bagian yang sangat penting dari produksi hewan, dimana perannya sebagai pengumpul (Colectors), pengerik (scrapers), Grazer dan sebagai pemakan detritus dan alga serta pemakan makrophita dan beberapa berperan sebagai pengurai (Epele et al, 2011).  Organisme ini juga merupakan bagian dari bahan makanan seperti ikan, hewan amphibi dan burung. Hal ini menunjukan bahwa organisme ini juga merupakan salah satu faktor penting penyusun jaring-jaring makanan di perairan. Ephemeroptera dapat digunakan dalam studi pendugaan ekologi dalam hal sebagai indikator terjadinya tekanan pada lingkungan perairan. Selanjutnya oraganisme ini juga dapat digunakan untuk melihat dampak perubahan iklim. Menggunakan serangga makroinvertebrata khususnya larva Ephemeroptera telah banyak digunakan dalam penentuan status pencemaran suatu perairan khususnya perairan mengalir yang selama ini di indonesia masih belum banyak dikenal dalam penentuan status kualitas suatu perairan.
Sungai Ciliwung merupakan sungai lintas provinsi yang secara administratif berada dalam wilayah provinsi Jawa Barat dan DKI Jakarta. Sungai ini bersumber dari telaga warna di kaki gunung Pangrango daerah puncak kabupaten Bogor, yang mengalir melalui kota Bogor, kota Depok, dan bermuara di Teluk Jakarta. Luas daerah aliran sungai (DAS) 425 Km2. Sungai ini merupakan sungai yang sangat vital untuk memenuhi kebutuhan air baku masyarakat Jawa Barat dan DKI jakarta. Namun sungai beserta anak-anak sungai ini mengalir melalui daerah pedesaan, perkotaan, industri dan persawahan, sehingga kualitas air sungai ini terutama diwilayah DKI Jakarta sudah tercemar sangat berat. Sungai Ciliwung termasuk dalam salah satu sungai besar di daerah Jawa Barat yang memiliki aspek penting bagi sektor pertanian (irigasi), industri, maupun bahan baku air minum untuk daerah Jakarta (Kido et al. 2009). Berdasarkan kajian ekologis yang dilakukan oleh BPLHD Jawa Barat tahun 2006 menunjukkan kualitas sungai Ciliwung di bagian hulu (Cisarua) hingga hilir (Ancol) telah mengalami pencemaran organik yang relatif tinggi (DO dari 0,2 mg/l - 8 mg/l, TOM dari 0,02 mg/l - 0,1 mg/l, TSS dari 0,01 - 0,6 mg/l). Penelitian Kido et al. (2009) menunjukkan sungai tersebut juga tercemar oleh logam merkuri (0,23 - 0,30 ppb), bisphenol A (0,46 - 0,83 µg/l) dan alkil fenol (33,2 - 191,4 µg/l) yang cukup tinggi. Sumber pencemar yang berpotensi menurunkan kualitas air sungai Ciliwung berasal dari sistem drainase dari masukan limbah rumah tangga, pertanian/sawah, peternakan, dan industri (Kido et al. 2009). Adanya pencemaran yang terjadi di Sungai Ciliwung diduga akan mengganggu keseimbangan ekologi dari larva Ephemeroptera dan berpotensi menurunkan integritas ekologi sungai tersebut secara keseluruhan. Oleh sebab itu diperlukan penelitian yang bertujuan untuk mengungkap pengaruh aktivitas antropogenik pada sungai Ciliwung terhadap struktur komunitas dari larva Ephemeroptera sebagai dasar penentuan status kualitas lingkungan sungai Ciliwung menjadi fokus dari penelitian ini.
Tujuan dan Manfaat
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis perubahan struktur komunitas Ephemeroptera sebagai akibat pengaruh aktivitas antropogenik pada setiap stasiun pengamatan dan untuk menduga status kualitas lingkungan perairan pada setiap stasiun pengamatan berdasarkan respon dari larva Ephemeroptera serta membuat biokriteria lokal dalam bentuk indeks biotik Ephemeroptera untuk sungai Ciliwung.
Manfaat dari penelitian ini adalah untuk memberikan informasi mengenai penggunaan makroinvertebrata khususnya larva Ephemeroptera dalam penentuan kualitas suatu lingkungan perairan.

METODE PENELITIAN
Waktu dan Lokasi Penelitian
Sampling penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember – Mei 2011 dan mengambil lokasi di beberapa ruas sungai Ciliwung Jawa Barat. Sortir organisme serta pengolahan datanya dilakukan di Laboratorium Ekotoksikologi dan Hidrokimia, Pusat Penelitian Limnologi LIPI Cibinong, Jawa Barat.  Titik lokasi sampling ditetapkan secara purposive yang didasarkan pada pertimbangan besarnya beban dan sumber pencemaran yang masuk pada masing-masing stasiun pengamatan, mulai dari site/reference site (gunung mas hingga situs yang sudah diduga terkena gangguan sedang atau berat (stasiun cibinong).














            Gambar 1. Lokasi pengambilan sampel di Sungai Ciliwung
  Lokasi yang digunakan selama penelitian dalam menyusun biokriteria maupun menghitung keanekaragaman larva Ephemeroptera adalah:
1. Stasiun Gunung Mas yang terdiri dari dua situs pengamatan (St 1) yang berfungsi sebagai situs rujukan pada bagian hulu dengan kondisi habitat yang  masih terjaga dengan baik/minim gangguan aktivitas antropogenik
2. Stasiun Kampung Pensiunan (St.3) mewakili daerah yang sudah mengalami gangguan oleh aktifitas perkebunan teh.
3. Stasiun Kampung Jog-jogan (St.4) mewakili daerah dari adanya aktivitas  pertanian, pemukinan penduduk, dan perkebunan.
4. Stasiun Cibinong (St.6) mewakili daerah dengan sumber pencemar yang relatif lebih kompleks (limbah domestik, perkotaan dan industri).


Alat dan Bahan

            Alat yang digunakan selama penelitian meliputi alat untuk pengukuran kualitas air yaitu current meter, water quality checker, spektrofotometer. Alat untuk mengambil dan preparasi sampel biologi (larva Ephemeroptera) yaitu timbangan, saringan bertingkat, jala surber, dan mikroskop.
            Bahan kimia yang digunakan meliputi: larutan alkohol, formalin teknis, dan bahan kimia untuk analisis parameter amonium, COD, nitrat, ortofosfat, dan alkalinitas,

Variabel (yang ditera dan kerja)

            Variabel tera yang diamati pada penelitian ini meliputi :
1.      Kualitas fisik perairan meliputi: suhu, kecepatan arus, konduktivitas, turbiditas, dan distribusi partikel.
2.      Kualitas kimia perairan meliputi: oksigen terlarut (DO), amonium (N-NH4), nitrat (N-NO3), ortofosfat (O-PO4), bahan organik total (TOM), seston, dan kebutuhan oksigen kimiawi (COD).
3.      Kualitas biologi dari komunitas larva Ephemeroptera yaitu: struktur komunitas meliputi kepadatan, jumlah taksa, dan keragaman.
            Variabel kerja yang diamati pada penelitian ini meliputi:
1.      Kualitas habitat dengan menggunakan indeks habitat (US-EPA 1999).
2.      Status pencemaran organik di air dengan menggunakan indeks kimia Kirchoff (1991) indeks habitat dan indeks pencemaran
3.      Penilaian kualitas biologi dari Sungai Ciliwung diprediksi dengan menggunakan indeks Stream Invertebrate Grade Number-Average level/SIGNAL (Gooderham & Tysrlin 2002), indeks keanekaragaman Shannon-Wiener, indeks keseragaman (Clarke & Warwick 2001), indeks biological monitoring working party/BMWP (Armitage et al. 1983).

Penyusunan Biokriteria
Penyusunan biokriteria local di sungai Ciliwung dengan menggunakan larva Ephemeroptera dilakukan dengan menganalisis beberapa metrik yang diduga sensitif dalam menjelaskan kondisi pencemaran perairan kaitannya dengan larva Ephemeroptera di perairan. Metrik-metrik tersebut diantaranya kepadan, jumlah taxa, PTV (Polutan Tolerance Value), Skor Signal serta beberapa metik lainnya. Dari hasil uji sensitifitas metrik-metrik tersebut dibuatlah indeks biotik Ephemereptera yang diacu pada (Barbour, 1996).

HASIL DAN PEMBAHASAN
Parameter Fisika Kimia Sungai Ciliwung
Hasil pengukuran beberapa parameter fisika kimia di sungai ciliwung maka didapatkan kisaran nilai dari parameter-parameter tersebut yaitu: Suhu (18,0 oC - 28,9 oC), DO (6,2 mg/l - 8,3 mg/l), kekeruhan (3,87 NTU - 34,72 NTU), pH (6 – 2,6), COD (4,04 mg/l - 51,36 mg/l), ammonium (0,001 mg/l  - 0,93 mg/l ), nitrat (0,23 mg/l - 20,58 mg/l), nitrit (0,001 mg/l - 0,26 mg/l), dan orthoposfat (0,01 mg/l - 0,66 mg/l). dari hasil pengukuran tersebut terdapat beberapa parameter yang telah mengalami peningkatan yang cukup mengkhawatirkan dimana kadarnay telah melebihi baku mutu yang ditetapkan pemerintah dalam PP RI No. 82 tahun 200, parmeter-parameter tersebut diantaranya nitrat, nitrit, otrthoposfat dan COD.
Tingkat gangguan pada habitat dengan menggunakan indeks habitat menunjukan stasiun 1 gunung mas masih dalam kategori optimal/minim gangguan (176-184), stasiun kampong Pensiunan, kampung Jog-jogan dan Cibong berada dalam kondisi marginal (65 – 90), akan tetapi pada kampong Jog-jogan dan Cibinong nilai indeks habitatnya sudah sangat mendekati kondisi gangguan berat (<60). Menurunnya nilai indeks habitat dari hulu hingga ke hilir lebih banyak disebabkan oleh berkurangnnya tutupan vegetasi, erosi disekitar lokasi sampling, tertutup atau berkurangnya batuan dasar sungai akibat endapan sedimen atau penambangan batu dan adanya modifikasi habitat pada bantaran sungai misalnya penturapan, bendungan dan sebagainnya.
Tingkat gangguan oleh pencemaran organic dengan menggunakan indeks kimia menunjukan stasiun 1 (gunung mas) belum mengalami pencemaran organic (91,75 – 91,017), kampung pensiunan dan jng jog-jogan dalam kondisi tercemar ringan (89,25 – 74,258) sedangkan stasiun Cibinong sudang mengalami pencemaran tingkat sedang (58,39 – 68,75). Aktivitas antropogenik di sungai Ciliwung dapat mempengaruhi dinamika bahan organic di sungai Ciliwung. Banyaknya pencemar organic yang masuk ke perairan sungai Ciliwung banyak bersumber dari limbah cair rumah tangga, industry, perkotaan, pelindihan sampah yang dibuang ataupun limpasan air dari daerah persawahan dan perkebunan, yang diperkirakan bahwa beban pencemar BOD dan COD yang masuk ke sungai Ciliwung mencapai 290,23 kg/hari dan 60,842/hari.
Dari perhitungan indeks pencemaran terlihat pada stasiun I nilai IP adalah 0,86; stasiun II 2,54; Stasiun III 3,39; Stasiun IV 4,09. Dari nilai indeks pencemaran masing-masing stasiun pengamatan dapat diketahui bahwa pada stasiun I nilai IP masih dalam kisaran baku mutu yang dikeluarkan oleh pemerintah Kepmen LH No. 115 tahun 2003 tentang pedoman status mutu air. Pada stasiun II nilai IP adalah 2,54; stasiun III 3,39; stasiun IV 4,09 nilai tersebut menunjukan bahwa pada stasiun II, III, IV telah mengalami gangguan ringan. Alasannya adalah pada ketiga stasiun ini telah mendapatkan gangguan baik itu dari perkebunan, pemukiman dan industri, namun penggunaan indeks pencemaran pada perhitungan kali ini mempunyai sedikit kekurangan dimana IP tidak dapat menunjukan secara lebih detail mengenai perbedaan beban masukan pencemar pada stasiun II, III dan IV
Hasil analisis koresponden (CA) terhadap komunitas Ephemeroptera yang menyebar pada empat stasiun pengamatan, kondisi ini menunjukkan bahwa informasi mengenai komunitas ephemeroptera terpusat pada sumbu axis 2 dan 3 dengan masing-masing menjelaskan 52,05 % dan 69,08 % dari ragam total. Pengelompokan hasil analisis korespondens dapat dilihat pada gambar dibawah ini.


Gambar 1. Hasil Analisis Faktorial Korespondens
Pengelompokkan Ephemeroptera
Dari gambar diatas dapat diketahui bahwa sebaran Ephemeroptera pada masing-masing stasiun kebanyakan mengelompok di pusat sumbu, hal ini sebagian besar jenis larva Ephemeroptera ditemukan tersebar merata pada seluruh stasiun pengamatan. Selain itu dari gambar diatas juga menujukan bahwa terdapat beberapa jenis Ephemroptera khas yang hanya ditemukan pada stasiun tertentu dan tidak ditemukan pada stasiun lain. Hal ini sangat erat kaitannya dengan sensitifitas individu yang dimiliki oleh jenis tertentu, sehingga organisme tersebut sangat baik dijadikan sebagai bioindikator perairan utamanya perairan yang masih tergolong dalam kondisi masih baik. Ephemeroptera yang  hanya terdapat pada stasiun  I (reffrence site) itu seperti famili Heptagenidae (Heptagenia, Epeorus, Cinygma, Rhitrhogena) artinya bahwa organisme tersebut hanya bisa hidup pada perairan yang relatif masih baik kondisinya. Isonychia sp. dan Paraletophlebiia sp. tersebar dari daerah yang masih baik kondisi perairannya sampai pada stasiun  yang tercemar ringan (stasiun II dan III), sedangkan Hermanella sp. hanya ditemukan pada perairan yang sudah tercemar ringan sampai tercemar sedang. Terakhir, untuk jenis Baetis sp., Callibaetis sp., Ephemerella sp., dan Drunella sp., ditemukan pada tiap stasiun pengamatan meski frekuensisya berbeda-beda selama waktu pengamatan. Pola penyebaran yang merata dari keempat jenis larva tersebut sangat dimungkinkan karena sifatnya yang cenderung lebih toleran terhadap polusi bila dibandingkan dengan jenis lain.
Penyebaran larva Ephemeroptera pada masing-masing stasiun juga sangat erat kaitannya dengan kondisi parameter kualitas perairan, sehingga perlu dilakukan ordinasi langsung dengan menggunakan analisis komponen utama (Principal Component Analysis). Dari hasil anasis PCA terlihat bahwa parameter kualitas air tersebut mengelompok pada stasiun tertentu sehingga membentuk sebuah kelompok parameter kualitas air yang mencirikan masing-masing stasiun , seperti terlihat pada gambar dibawah ini.
Gambar 2. Ordinasi parameter lingkungan dengan menggunakan
Principal Component Analysis

Secara umum kualitas lingkungan akan sangat berpengaruh terhadap komunitas makrozoobentos termasuk didalamya Ephemeroptera. Dari gambar 28 diatas terlihat bahwa pada stasiun I (gunung Mas) dan Stasisun II (Kampung Pensiunan) sangat dipengaruhi oleh Jenis substrat berbatu, kadar oksigen terlarut dan ketinggian lokasi sampling, sedangkan untuk stasiun III (kampung Jog-jogan) sangat dipengaruhi oleh kesadahan, turbiditas, kondutivitas, orthoposfat dan TDS; stasiun IV (Cibinong) sangat dipengaruhi oleh bahan-bahan organik seperti Nitrat, Nitrit, Amonium, COD dan TOM (Total Organik matter) hubungan antara paramemeter kualitas perairan pada masing-masing stasiun tersebut dapat dijelaskan oleh model sampai 84 % sehingga nilai kebenaran model yang dibangun sangat baik untuk menjelaskan eratnya keterkaitan antara stasiun dan parameter lingkungan. Melihat kondisi diatas sebanarnya cukup rasional dalam menjelaskan fenomena sebaran larva Ephmeroptera pada masing-masing stasiun pengamatan, dimana pada stasiun IV yang sangat dipengaruhi oleh beban bahan organik menujukan pengaruh yang positif terhadap kepadatan Ephemeroptera khususnya untuk famili Baetidae (Baetis sp. dan Callibaetis sp.), dan Genus Hermanella sp.
Dari keempat metrik yang telah diuji sensitvitasnya tersebut maka dibuatlah kisaran famili biotik indeks untuk penyusunan biokriteria larva Ephemeroptera, namun dalam gambar diatas tersebut terlihat bahwa nilai metrik masing-masing stasiun masih mengalami tumpang tindih nilai sehingga kisaran biokriterianya tidak dapat ditentukan secara langsung. Untuk menentukan nilai biokriteria maka nilai biotik dalam metrik dibagi kedalam percentile (0,75, 0,5, dan 0,25) dengan masing masing nilai dalam persentil tersebut 7, 5, 3 dan 1. Nilai 7 diberikan untuk metrik pada stasiun reffrence (kondisinya masih baik) sedangkan nilai 5, 3 dan 1 diberikan untuk stasiun dibawahnya. Dari hasil perhitungan tersebut maka diperoleh nilai biokriteria untuk larva Ephemroptera di sungai Ciliwung adalah sebagai berikut:
Tabel 7. Tahap Scoring dalam Penyusunan Biokriteria
Metrik Biologi

Nilai Skor

7
5
3
1
Jumlah skor signal
≥ 33
23 - 32
14 - 22
< 13
Nilai Toleransi
≥ 27
16 - 26
  6 - 15
< 5
Jumlah Taksa
> 9
  6 - 8
  3 - 5
< 2
Kelimpahan
< 49
50 - 169
170 - 499
>500
 Kriteria Gangguan
Minimal/Belum
mengalami gangguan

Gangguan Ringan

Gangguan Sedang


Gangguan Berat

Nilai kisaran indeks Biotik
24 – 28
18 - 20
10 - 17
4 – 9
Ephemeroptera




Pada tabel diatas terlihat bahwa ada kisaran nilai biotik indeks yang tidak masuk dalam kisaran nilai yaitu nilai antara 20 – 24. Kisaran ini tidak ditemukan dalam perhitungan disebabkan karena lokasi sampling yang tidak begitu banyak. Sehingga diperlukan beberapa stasiun pengamatan lagi untuk melengkapi kekurangan data tersebut. Dari tabel tersebut juga terdapat kategori nilai status pencemaran, dimana penggolongan tersebut didasarkan pada nilai perhitungan beberapa indeks lain, seperti indeks habitat, indeks kimia dan indeks pencemaran. Hal tersebut dibuktikan dengan mengkorelasikan nilai dari Indeks Biotik Ephemeroptera Komulatif dengan indeks kimia, indeks habitat dan indeks pencemaran, dimana nilai korelasinya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 8.Nilai Korelasi Pearson Antara Indeks Kimia Kirchoff, Indeks Habitat Dan Indeks Pencemaran Dengan Indeks Biotik Ephemeroptera (IBE)
Indeks-indeks

IBE
Lingkungan


Indeks Kimia Kirchoff
             0.71
Indeks Habitat
 0.84
Indeks Pencemaran

-0.88

Dari tabel diatas terlihat bahwa nilai korelasi Pearson menunjukan nilai yang sangat baik dimana nilai korelasi Indeks kimia Kirchoff mencapai 71 % artinya nilai kondisi pencemaran kimia perairan di sungai Ciliwung dapat dijelaskan sebasar 71 % oleh FBI larva ephemeroptera. Begitupun juga dengan nilai indeks habitat sebesar 84 % dan 88 % oleh indeks Pencemaran.

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1.      Dari hasil pengujian beberapa indeks lingkungan seperti indeks habitat, indeks pencemar dan indeks kimia Kirchoff serta hasil uji sensitifitas beberapa metrik biologi Ephemeroptera membagi kondisi lingkungan perairan sungai Ciliwung kedalam tiga kategori yaitu tidak tercemar, tercemar ringan.
2.      Dari hasil analisis faktorial koresponden dan ordinasi analisis komponen menunjukan bahwa terdapat beberapa jenis larva Ephemeroptera ditemukan di semua stasiun pengamatan (famili Baetidae) dan sebagiannya lagi merupakan penciri stasiun tertentu seperti famili Heptagenidae (untuk lingkungan yang masih baik dan Hermanella sp. (untuk lingkungan yang telah mengalami gangguan) dengan bahan organik dan COD sebagai pamater lingkungan utama yang paling berpengaruh.
Saran
1.      Penelitian ini sebaiknya dilanjutkan dengan perhitungan produktivitas sekudernya.
2.      Sebaiknya untuk penelitian selanjutnya penentuan mengenai jenis pencemar harus dispesifikasi untuk melihat keterkaitannya dengan komposisi larva Ephemeroptera di lingkungan perairan.

US-EPA.1999. Rapid Bioassessment Protocols for Use in Wadeable Streams and Rivers. EPA 841-B-99-002. U.S. EPA. Washington DC.
Armitage PD, Moss D, Wright JF, Furse MT. 1983. The Performance of a New Biological Water Quality Score System Based on Macroinvertebrates Over a Wide Range of Polluted Running-Water Sites. Water Research 17: 333-347.
Barbour MT, Gerritsen J, Griffith GE, Frydenborg R, McCarron E, White JS, Bastian ML.1996. A Framework for Biological Criteria for Florida Streams Using Benthic Macroinvertebrates. Journal of the North American Benthological Society 15 (2):185-211.
Chakrabarty D, Das SK. 2006. Alteration of Macroinvertebrate Community in Tropical Lentic Systems in Context of Sediment Redox Potential and Organik Pollution. Biological Rhythm Research. 37(3): 213 – 222.
Clarke KR, Warwick RM. 2001. Change Marine Communities: An Approach to Statistical Analysis and Interpretation. Ed ke-2. PRIMER-E. Plymouth.
Epele, Marıa Laura Miserendino, Pablo Pessacq. 2011. Life History, Seasonal Variation and Production of Andesiops torrens (Lugo-Ortiz and McCafferty) and Andesiops peruvianus (Ulmer) (Ephemeroptera: Baetidae) in a Headwater Patagonian stream.
Gooderham J, Tsyrlin E. 2002. The Waterbug Book. Collingwood. Victoria. Australia. CSIRO Publishing.
Kido M, Yustiawati, Syawal MS, Sulastri, Hosokawa T, Tanaka S, Saito T, Iwakuma T, Kurasaki M. 2009. Comparison of General Water Quality of Rivers in Indonesia and Japan. Environmental Monitoring and Assessment 156:317–329.
Timm H, Ivask M, Möls T. 2001. Response of Macroinvertebrates and Water Quality to Long-Term Decrease in Organik Pollution in Some Estonian Streams During 1990–1998. Hydrobiologia 464: 153–164.
Singer GA, Battin TJ. 2007. Anthropogenic Subsidies Alter Stream Consumer-Resource Stoichiometry, Biodiversity, and Food Chains. Ecological Applications 17(2): 376-389.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar