Rabu, 20 Februari 2013

Mengapa monitoring biologi itu penting


Pencemaran perairan merupakan salah satu isu lingkungan yang menjadi permasalahan utama pada beberapa negara berkembang. Pencemaran dapat timbul sebagai akibat kegiatan manusia (antropogenik) ataupun dapat terjadi secara alamiah. Adanya kegiatan manusia yang tidak terkendali telah memicu terjadinya pencemaran lingkungan yang tidak terkendali pula. Aktivitas antropogenik secara dramatik mengubah regim dari input bahan organik, nutrien, maupun logam berat ke dalam ekosistem sungai melalui perubahan penggunaan lahan maupun urbanisasi (Singer & Battin, 2007). Adanya pencemaran organik dan kontaminasi logam berat ke ekosistem sungai telah diketahui dapat memberikan dampak negatif bagi kestabilan komunitas makroinvertebrata di perairan. Pengaruh bahan polutan tersebut mungkin mengurangi keanekaragaman spesies, kepadatan, dan hilangnya spesies yang tergolong sensitif (Timm et al., 2001; Chakrabarty & Das, 2006).
Metode monitoring lingkungan perairan khususnya perairan sungai selama ini hanya mencakup monitoring menggunakan pendekatan fisika maupun kimia saja, padahal kondisi ekologi dari sungai itu sendiri merupakan kondisi yang cukup unik yang berbeda dengan ekosistim perairan tergenang seperti danau, rawa, ataupun laut. Monitoring daerah aliran sungai dengan pendekatan pengukuran faktor fisika dan kimia saja akan menyebabkan banyak informasi yang hilang atau tidak begitu akurat hal ini terkait dengan dinamika yang terjadi disungai dimana laju pencucian (flushing rate) yang begitu tinggi sehingga menyebabkan kontaminan organik ataupun logam berat akan cepat hilang dari perairan. Selain itu pada pengukuran parameter fisika dan kimia akan mengalami kesulitan interpretasi jika sumber pencemar tersebut berumber dari bahan-bahan pencemar non-point source yang selama ini sangat sulit dikendalikan. Dengan menggunakan pendekatan biologi (makroinvertebrata) diharapkan dapat memberikan informasi yang lebih akurat terhadap proses dinamika bahan pencemar diperairan (Al-shami et al., 2011).
Monitoring biologi merupakan  merupakan sebuah alat monitoring yang sangat efiektif untuk menduga kualitas ekologi suatu lingkungan perairan. Menggunakan monitoring secara kimia juga merupakan alat monitoring yang efektif akan tetapi membutuhkan biaya yang mahal dan biasanya hanya memberikan informasi yang terbatas mengenai keadaan suatu lingkungan perairan secara detail. Parameter biologi juga dapat memberikan informasi mengenai keadaan sebelumnya dari kondisi suatu lingkungan perairan. Metode perhitungan biologi ini juga menawarkan keuntungan jika diaplikasikan pada lingkungan lotic neotropikal. Pada penelitian ini menawarkan metode penggabungan metode survey fisika kimia karena merupakan efek akhir yang ditimbulkan oleh kedua faktor tersebut. Keuntungan lain menggunakan bentik makroinvertebrata adalah proses identifikasinya saat ini dinilai lebih baik jika dibandingkan dengan organisme bentik lainnya seperti alga ataupun mesofauna, dengan demikian biomonitoring diharapkan dapat memberikan informasi yang lebih mendetail mengenai kondisi perairan sungai.
Penelitian  yang dilaksanakan pada beberapa segmen sungai di Ohio menunjukkan bahwa pengukuran parameter kimia saja tidak berhasil menjelaskan kondisi perairan secara menyeluruh termasuk kondisi biologi dan integritas ekologi system akuatik. Sebagai contoh pendugaan status perairan sungai menggunakan indicator biologi telah terbukti menjelaskan sebesar 50% dari 645 segmen sungai di Ohio, sebaliknya pada saat pengukuran parameter kimia justu tidak menunjukan gangguan (Adams, 2002). Perubahan struktur populasi dari organisme makroinverberata sangat erat kaitannya dengan dinamika bahan pencemar yang masuk ke perairan. Semakin baik (bersih) kondisi perairan maka akan semakin beragam pula organisme yang hidup didalamnya (khususnya intolerant spesies), sebaliknya jika kondisi perairan semakin menurun makan akan menurunkan tingkat kenaekaragaman karena organisme-organisme intoleran tidak ditemukan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar